Hikmah Miqat Umrah
Untuk memulai ibadah umrah berarti kamu harus mengenal miqat. Miqat secara harfiah adalah batas. Secara lahiriah miqat adalah tempat atau waktu tertentu yang telah didtetapkan oleh Nabi SAW sebagai pintu masuk untuk memulai haji. Sementara secara spiritual, miqat adalah batas antara alam fisik (lahiriah) dan alam metafisik (batin/ghaib). Mulai dari miqat inilah, seseorang yang akan melaksanakan ibadah haji harus menancapkan tekad dan niatnya untuk masuk ke alam malakut. Dari titik miqat inilah, ia akan bersiap-siap berangkat menuju Baitullah (rumah Allah).
Perbedaan Miqat Makani dan Zamani
Tempat miqat umrah di bedakan menjadi dua macam. Ada Miqat Zamani dan Miqat Makani. Miqat Zamani adalah ketentuan waktu untuk melaksanakan ibadah haji. Sedangkan miqat makani adalah ketentuan tempat di mana seseorang harus memulai niat haji atau umrah. Kedua miqat tersebut mengisyaratkan tentang pentingnya tempat (ruang) dan waktu dalam menjalani semua aktivitas, baik ibadah maupun aktivitas lainnya. Kebutuhan manusia terhadap ruang dan waktu juga menunjukkan bahwa ia tidak sempurna, maklukh lemah dan tak berdaya. Di sisi lain, seseorang yang mampu mengatur ruang dan waktu dengan baik dan disiplin sesuai aturan hokum yang berlaku akan berhasil menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah selama hidup di muka bumi.
Ketika hendak bertamu kepada Allah yang Maha Suci, tak ada pilihan lain bagi calon tamu kecuali menyucikan jiwa dan batinnya, mengosongkan segenap orientasi duniawi dan mengisinya dengan orientasi ukhrawi. Karena allah adalah Dzat yang Maha Suci, maka hanya mereka dengan raga dan jiwa yang suci sajalah yang akan ditemui saat ia bertamu kepada-Nya. Jika kalam-Nya saja tidak dapat dipagami kecuali oleh mereka yang suci, bagaimana mungkin Dzat-Nya yang Agung dapat digapai tanpa kesucian?
Sebab itu, memasuki miqat, orang yang berhaji harus benar-benar mempersiapkan diri, baik secara lahir terlebih batin, agar pada saat sampai di rumah-Nya ia benar-benar siap dan layak menjadi tamu-Nya ia benar- benar pantas mendapatkan sambutan-Nya, layak untuk dipersilahkan masuk ke rumah-Nya. Pendek kata, ia benar-benar pantas mendapatkan kucuran kasih sayang-Nya.