Orang bijak mengatakan bahwa setiap ada pertemuan, pasti akan ada waktu untuk berpisah. Demikian pula jamaah yang dibatasi waktu tinggal dan ketentuan dengan penyedia layanan umrah. Ada saatnya untuk segera meninggalkan Makkah, dan proses perpisahan tersebut dilakukan dengan mengerjakan tawaf wada atau tawaf perpisahan.
Sungguh, saat ada kepastian jadwal bahwa pada jam tertentu harus segera keluar dari penginapan dan menempuh perjalanan ke bandara, maka harus segera berkemas. Dan waktu yang ada tersebut diisi dengan melaksanakan tawaf wada, yakni pamit dengan harapan akan dipertemukan dan mendapatkan panggilan kembali untuk melaksanakan umrah, insyaallah.
Tawaf merupakan salah satu rukun dalam serangkaian ibadah haji maupun umrah di tanah suci Makkah. Secara bahasa, tawaf memiliki arti mengelilingi. Tawaf diartikan sebagai amalan berkeliling Ka’bah sebanyak 7 kali putaran dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri.
Tawaf telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 39: Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (baitullah).
Tawaf memiliki beberapa jenis yang wajib untuk diketahui, salah satunya adalah tawaf wada. Tawaf wada merupakan tawaf perpisahan yang dilakukan ketika umat muslim telah melaksanakan seluruh rukun haji maupun umrah. Tawaf ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir terhadap baitullah atau rumah Allah SWT.
Tata cara tawaf wada dilakukan seperti halnya tawaf pada umumnya. Namun yang membedakan tawaf wada dengan lainnya adalah bahwa jamaah tetap menggunakan kain ihram, namun tidak perlu dilanjutkan dengan sai dan tahalul. Tawaf wada dilakukan sebagai perpisahan, artinya jamaah tidak boleh berlama-lama tinggal di Makkah setelah melakukan tawaf tersebut.
Tawaf wada menjadi amalan terakhir bagi orang yang menjalankan haji maupun umrah dan tidak ada lagi amalan setelah itu. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadits: Manusia diperintahkan menjadikan akhir amalan hajinya adalah di baitullah (dengan tawaf wada, pen) kecuali hal ini diberi keringanan bagi wanita haid. (HR Bukhari nomor 1755 dan Muslim nomor 1328).
Bagi perempuan yang sedang haid dapat menjalani tawaf wada setelah suci. Jika tidak mampu menunggu karena harus meninggalkan Makkah, maka amalan tawaf wada menjadi gugur. Sebagai gantinya, penghormatan kepada baitullah cukup dilakukan dengan berdoa di depan pintu gerbang Masjidil Haram. Sementara itu bagi para penduduk Makkah tidak ada keharusan untuk tawaf wada.
Keutamaan Tawaf Wada
Melaksanakan tawaf wada maupun tawaf jenis lainnya tentu mendatangkan keutamaan yang dicari-cari banyak jamaah. Dari beberapa sumber disebutkan ada beberapa keutamaan melaksanakan tawaf. Pertama, memperoleh balasan sama dengan memerdekakan budak dari Bani Ismail. Kedua, segala dosa yang telah lewat diampuni jika mampu melaksanakan seluruh rangkaian tawaf hingga tawaf wada. Ketiga, merasakan suasana seperti di arsy, karena seseorang yang berada di baitullah merupakan tamu Allah. Keempat, setiap ucapan yang keluar saat tawaf setara dengan 10 kali kebaikan dan malaikat pun akan ikut mendoakan hal yang dipanjatkan.
Perpisahan yang Menyesakkan
Saat jamaah telah memutuskan untuk melakukan tawaf wada, maka suasana batin akan berbeda. Hampir di seluruh tahapan dilalui dengan kondisi hati yang demikian menyesakkan. Ketika tawaf, dari seluruh putaran tidak lagi fokus dengan aneka doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT sembari mengelilingi bangunan Ka’bah. Akan tetapi di sela itu linangan air mata mengiringi lantaran perlahan namun pasti akan segera berpisah dengan Masjidil Haram, utamanya Ka’bah
Seluruh putaran dalam tawaf demikian berat dan seolah ada kekuatan yang membuat langkah seolah terseok-seok. Linangan air mata dan tangis kecil yang tak tertahankan akhirnya tumpah tanpa bisa dihentikan ketika mengelilingi Ka’bah.
Jamaah sadar bahwa ini adalah tawaf pemungkas sekaligus media berpamitan untuk segera meninggalkan Ka’bah, Masjidil Haram dan Makkah untuk kembali ke Tanah Air. Tentu saja ada yang menyayat hati kala seluruh rangkaian tawaf wada bisa dituntaskan.
Doa di arah Hijir Ismail, Makam Ibrahim, Multazam dan lainnya demikian haru. Seolah tidak percaya bahwa waktu harus memisahkan jamaah dan harus segera pamit. Karenanya, akan ada perbedaan antara mereka yang berdoa lantaran tawaf biasa maupun untuk rangkaian umrah dengan tawaf wada. Harapannya tentu saja Allah SWT akan memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk kali kesekian bisa dipanggil ke Makkah dan Madinah.
Sumber : Nu Online