Melepas pakaian sehari-hari dan menggantinya dengan dua helai kain ihram menggambarkan keadaan orang yang meninggal dunia. Dia harus melepaskan semua atribut dan urusan dunia dan berganti dengan kain kafan. Pakaian dunia inilah yang kerap membuat manusia lupa diri sehingga mudah berbuat salah dan dosa. Karena itu, pakaian dunia sebagai symbol dari kesombongan dan kecongkakan harus dilepas agar ia diterima oleh Allah SWT. Ketika Nabi Musa AS bermunajat, misalnya, dia diperintahkan untuk melepas sandal sebagai lambang pakaian dunia. Allah SWT berfirman :



Demikian pula orang yang melaksanakan ibadah haji, saat hendak memasuki tanah suci, baitullah, dia harus melepas pakaian duniawi itu, harus menaggalkan kebiasaan buruk yang melekat dalam dirinya agar diterima oleh Allah SWT.


Pakaian ihram memiliki arti pembebasan diri dari keinginan hawa nafsu dan daya Tarik luar selain Allah. Ihram melambangkan penyerahan jiwa raga sepenuhnya kepada kebesaran dan keindahan Dzat dan sifat Allah, membebaskan dari ikatan kedudukan, pangkat, darah, keturunan, harta, dan status sosial lainnya yang sering merusak tali persaudaraan. Ihram mengajari umat manusia tentang kesamaan dan kesetaraan di hadapan Allah. Dia tidak melihat pangkat dan jabatan. Apa yang Dia lihat adalah ketakwaan dan amal kebaikan.



Ketika sudah mengenakan pakaian ihram, seseorang dilarang atau diharamkan melakukan dosa dan mekasiatan, baik kepada sesame manusia, binatang, tetumbuhan, terleih kepada Allah. Rafats, Fusuq, Jida dan berburu binatang di tanah haram dilarang karena aktivitas tersebut dapat memalingkan hati manusia dari perasaan sama dan setara sesame makhluk di hadapan Tuhan.


Status kehambaan hanya dapat terwujud secara total Ketika manusia mampu menundukkan ego dan kesombongannya. Indikator kesombongan manusia antara lain dapat dilihat dari pakaiannya; orang kaya berpakaian mahal, si miskin berpakaian murah. Pakaian ihram mengajari semua manusia tentang status kehambaan yang sejati. Manusia diajak untuk menghilangkan sekat sekat sosial, diajari untuk mengingat hakekat kehidupan bahwa ia berasal dari-Nya dan akan Kembali kepada-Nya


Saat berada di tanah air, seseorang dapat menyombongkan diri dengan pakaian yang dikenakannya. Tapi saat ia beramu di rumah-Nya, kesombongan itu tak patut disemai, Ia harus ditanggalkan dan ditinggalkan. Ganti pakaian kesombongan itu dengan pakaian berwarna putih bersih, layaknya kain kafan, penanda kesucian dan penyerahan diri. Lewat ibadah Haji, setiap Jemaah haji hendaknya menampakkan semangat keseerhanaan, kesetaraan dan kebersamaan di hadapan Allah.


Sumber : Buku Panduan Manasik Haji dan Umrah 2023